2013/10/31 | 12:20:56
BI: Sektor Perbankan RI Tahan Terhadap Krisis Ekonomi
Dewi Rachmat Kusuma – detikFinance
Bank Indonesia ( BI ) pede jika sektor perbankan merupakan
salah satu sektor keuangan yang tahan terhadap krisis ekonomi.
Pada krisis ekonomi beberapa waktu lalu terutama sejak 2008,
perekonomian Indonesia cukup tahan terhadap ‘ pukulan ‘ krisis, salah satu yang
bisa tahan adalah sektor perbankan yang sangat kuat untuk menahan risiko pasar.
Demikian diungkapkan Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah saat
mengisi acara Internasional Symposium on Audit Bank Efficiency di Gedung BPK,
Jakarta, Kamis ( 31/10/2013 ).
Halim menyebutkan, sektor perbankan mampu menjaga risiko
kredit bermasalah disaat perekonomian tengah mengalami guncangan. Likuiditas
juga tetap terjaga.
“ Situasi perbankan lebih positif. Risiko kredit dan
likuiditas cenderung lebih baik. Risiko kredit karena naiknya NPL dan
likuiditas karena penarikan uang masih relatif di tingkat moderat. Ketika
ekonomi global gonjang-ganjing, ekonomi Indonesia masih tumbuh,” ujar dia.
Selain itu, Halim menyebutkan, nilai tukar rupiah yang mulai
stabil menunjukkan jika perekonomian Indonesia mulai pulih. Ditambah, di bulan
September ada deflasi. Diprediksi, untuk bulan November inflasi masih akan
terkendali di angka 0,1-0,2%.
“ Kondisi kita sudah mulai masuk wilayah keseimbangan. Rupiah
stabil di angka di bawah Rp 11.000. Yield SBN menurun. September deflasi.
Cadangan devisa BI cukup. Ini menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia membaik, ”
katanya.
Namun, di sisi lain, rasio kredit Indonesia terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB ) relatif masih rendah dibanding negara-negara tetangga.
“ Saya akan membandingkan Indonesia dengan negara-negara
lain. Rasio kredit terhadap PDB, Indonesia salah satu negara tertinggal dibandingkan
Malaysia, Thailand, dan Singapura, rasio kredit terhadap PDB Indonesia masih
rendah, “ kata Halim.
Sumber :
http://finance.detik.com/read/2013/10/31/122056/2400386/5/bi-sektor-perbankan-ri-tahan-terhadap-krisis-ekonomi
Analisis : Seperti yang kita tahu perekonomian dunia saat
ini sedang tidak stabil. Negara superior seperti Amerika Serikat pun mengalami
hal tersebut, tidak terkecuali Indonesia. Namun ditengah ketidakstabilan
ekonomi dunia, Indonesia termasuk salah satu negara yang dapat bertahan dengan
cukup baik meskipun adanya defisit perdagangan, pembayaran, dan defisit APBN.
Dengan cara apa? BI menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 50 basis poin
dari 6,5% menjadi 7%. Padahal cara tersebut tidak menutup kemungkinan menaikkan
tingkat inflasi. Langkah yang seharusnya diambil adalah menghemat anggaran agar
tidak terjadi defisit lebih lagi. Selain itu kurangi kegiatan impor. Karena
seperti yang kita tahu bahwa krisis yang dialami negara-negara berkembang
seperti Indonesia sekarang merupakan dampak dari krisis negara maju seperti
Amerika Serikat dan Eropa. Nilai dollar yang melambung tinggi membuat harga
barang impor naik. Sehingga menurut saya akan lebih baik jika Indonesia
mengurangi impor seperti beras, coklat, dan sebagainya. Karena sebagian besar
beras yang ada di Indonesia di impor dari Vietnam dan Thailand, padahal
Indonesia merupakan agraris yang tanahnya sangat subur. Jadi, pembatasan impor
menurut saya harus lebih digalakkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar