Rabu, 06 November 2013

BI: Sektor Perbankan RI Tahan Terhadap Krisis Ekonomi

2013/10/31 | 12:20:56
BI: Sektor Perbankan RI Tahan Terhadap Krisis Ekonomi
Dewi Rachmat Kusuma – detikFinance

Bank Indonesia ( BI ) pede jika sektor perbankan merupakan salah satu sektor keuangan yang tahan terhadap krisis ekonomi.
Pada krisis ekonomi beberapa waktu lalu terutama sejak 2008, perekonomian Indonesia cukup tahan terhadap ‘ pukulan ‘ krisis, salah satu yang bisa tahan adalah sektor perbankan yang sangat kuat untuk menahan risiko pasar.
Demikian diungkapkan Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah saat mengisi acara Internasional Symposium on Audit Bank Efficiency di Gedung BPK, Jakarta, Kamis ( 31/10/2013 ).
Halim menyebutkan, sektor perbankan mampu menjaga risiko kredit bermasalah disaat perekonomian tengah mengalami guncangan. Likuiditas juga tetap terjaga.
“ Situasi perbankan lebih positif. Risiko kredit dan likuiditas cenderung lebih baik. Risiko kredit karena naiknya NPL dan likuiditas karena penarikan uang masih relatif di tingkat moderat. Ketika ekonomi global gonjang-ganjing, ekonomi Indonesia masih tumbuh,” ujar dia.
Selain itu, Halim menyebutkan, nilai tukar rupiah yang mulai stabil menunjukkan jika perekonomian Indonesia mulai pulih. Ditambah, di bulan September ada deflasi. Diprediksi, untuk bulan November inflasi masih akan terkendali di angka 0,1-0,2%.
“ Kondisi kita sudah mulai masuk wilayah keseimbangan. Rupiah stabil di angka di bawah Rp 11.000. Yield SBN menurun. September deflasi. Cadangan devisa BI cukup. Ini menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia membaik, ” katanya.
Namun, di sisi lain, rasio kredit Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB ) relatif masih rendah dibanding negara-negara tetangga.
“ Saya akan membandingkan Indonesia dengan negara-negara lain. Rasio kredit terhadap PDB, Indonesia salah satu negara tertinggal dibandingkan Malaysia, Thailand, dan Singapura, rasio kredit terhadap PDB Indonesia masih rendah, “ kata Halim.

Sumber : http://finance.detik.com/read/2013/10/31/122056/2400386/5/bi-sektor-perbankan-ri-tahan-terhadap-krisis-ekonomi

Analisis : Seperti yang kita tahu perekonomian dunia saat ini sedang tidak stabil. Negara superior seperti Amerika Serikat pun mengalami hal tersebut, tidak terkecuali Indonesia. Namun ditengah ketidakstabilan ekonomi dunia, Indonesia termasuk salah satu negara yang dapat bertahan dengan cukup baik meskipun adanya defisit perdagangan, pembayaran, dan defisit APBN. Dengan cara apa? BI menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 50 basis poin dari 6,5% menjadi 7%. Padahal cara tersebut tidak menutup kemungkinan menaikkan tingkat inflasi. Langkah yang seharusnya diambil adalah menghemat anggaran agar tidak terjadi defisit lebih lagi. Selain itu kurangi kegiatan impor. Karena seperti yang kita tahu bahwa krisis yang dialami negara-negara berkembang seperti Indonesia sekarang merupakan dampak dari krisis negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa. Nilai dollar yang melambung tinggi membuat harga barang impor naik. Sehingga menurut saya akan lebih baik jika Indonesia mengurangi impor seperti beras, coklat, dan sebagainya. Karena sebagian besar beras yang ada di Indonesia di impor dari Vietnam dan Thailand, padahal Indonesia merupakan agraris yang tanahnya sangat subur. Jadi, pembatasan impor menurut saya harus lebih digalakkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar