Minggu, 11 Januari 2015

Job Creator or Job Seeker

Job seeker or job creator?


Memasuki MEA, sebenarnya saya ingin mencoba menjadi job seeker. Bekerja di kantor sebagai akuntan, atau mungkin juga auditor. Hanya untuk mencari pengalaman di dunia perkantoran. Namun karena tuntutan kebiasaan dan keluarga, maka saya pasti menjadi job creator. Karena saya terlahir dalam keluarga yang berwiraswasta, jadi saya sudah memiliki keahlian dalam bidang yang sehari-hari saya geluti. Memang dalam perjalanan usaha, terkadang bisa rugi, atau mungkin bangkrut. Keluarga saya sudah pernah mengalaminya juga, namun selalu bisa bangkit kembali. Mungkin itu lah salah satu mengapa saya ingin menjadi job creator. Job creator biasanya mempunyai passion yang lebih besar dari seorang job seeker, tidak mudah putus asa, dan selalu bisa mencari jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi. Tekad yang dimiliki dan usaha yang dilakukan job creator memang sebanding dengan penghasilan yang didapatkan. Namun sering kali orang-orang berkata, hanya duduk dan memerintah itu mudah. Tapi kenyataan nya tidak seperti itu, banyak  job seeker yang tidak mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi job creator. Apa lagi untuk seorang yang baru memulai usaha, dibutuhkan strategi pemasaran dan tempat yang sesuai dengan selera konsumen. Dan itu bukanlah hal yang mudah dilakukan, mengingat modal yang akan dikeluarkan tidaklah sedikit. Bertaruh antara berhasil sukses, atau kah gagal sering dihadapi oleh seorang calon job creator. Tak jarang juga, pertimbangan seperti itu membuat calon job creator menjadi bimbang dan mengurungkan niatnya untuk membuka usaha. Karena itu lah untuk menjadi job creator, benar-benar dibutuhkan keyakinan yang kuat dan tidak sedikit. Namun menjadi job creator memang menggiurkan. Kebanyakan job creator bisa memilih hari libur sendiri tanpa takut peringatan dari bos. Meskipun dalam prakteknya, kebanyakan dari job creator akan merasa rugi bila meliburkan usaha nya, karena omset yang didapat akan berkurang. Bahkan pada hari libur seperti sabtu dan minggu pun di manfaatkan untuk mendapatkan penghasilan. Karena justru pada hari-hari libur itu lah omset dari usaha akan bertambah karena pasaran yang ramai. Jadi saya sebagai mahasiswa akuntansi, memilih untuk menjadi job creator. Karena job creator menentukan sendiri nasib keuangannya. Berbeda dengan job seeker yang nasib keuangannya bergantung pada seorang job creator.